ASTAUFIRRULLAHALLAZIM-Apabila Alat Sulit Lelaki Menyentuh Alat Sulit Wanita

Ini bukan cerita lucah, tetapi ramai yang tau bahawa zina itu haram, tau tak korang selain itu ape risiko-risiko yang bakal korang hadapi dan akan korang bawak sampai mati?
Disini we all nak ceritakan pasal kisah dimana seorang gadis yang sentiasa bertukar teman lelaki dan sentiasa melakukan hubungan yang terlarang dengan setiap teman lelakinya.
Dan pada suatu hari dia telah terdengar radio dari dalam bilik ibunya yang memperdengarkan ceramah daripada seorang ustaz yang menyatakan “Apabila alat sulit lelaki menyentuh alat sulit wanita secara haram, maka diharamkannya masuk syurga selagi dia tidak bertaubat.”
Mendengar kata-kata ustaz tersebut, hati gadis ini begitu terkesan di dalamnya. Dan sekali lagi dia mendengar kata-kata ustaz itu lagi yang menyatakan bahawa “Jika alat sulit lelaki itu membenam dalam alat sulit wanita secara haram, maka tercabutlah semua amalannya…” Gadis itu begitu menyesal dengan perbuatannya dan ingin bertaubat kepada ALLAH.
Setelah gadis ini bertaubat dan ingin kembali ke pangkal jalan, satu peristiwa hitam telah terjadi kepadanya dan dia menghadapi dengan tabah. Dia di rogol oleh seorang lelaki yang tidak dikenali sewaktu hendak pulang dari kedai ke rumah. Akhirnya dia di hantar oleh ibubapanya ke Kem Modal Insan (KEWAJA).
Kepada korang yang baca post nih, terutama sekali buat perempuan jangan salah kan lelaki kalau tergoda dengan anda kalau angin tak bertiup masakan pula pokok bergoyang. Fikir-fikirkan lah.
Sesama kita berdoa semoga di jauhi zina, Amin..
Read more

Kisah Taubat Seorang Peragawati dari Negeri Barat

kisah-peragawati-masuk-islam
Febian, seorang  model busana dari Perancis. Ia seorang pemudi yang berusia dua puluh delapan tahun. Saat ia tenggelam dalam ketenaran dan hangar bingarnya duniawi, hidayah Allah menghampirinya. Sehingga ia menarik diri dan meninggalka dunianya yang gelap itu. Lalu pergilah ke Afghanistan, untuk bekerja pada camp perawatan para mujahidin Afghan yang terluka, di tengah-tengah kondisi yang keras dan hidup yang sulit!

Febian berkata,
“Seandainya, jika bukan karena karunia Allah dan kasih sayang-Nya kepadaku, niscaya hidupku akan hilang di dalam dunia. Banyak manusia yang mengalami kemunduran seakan mereka adalah binatang, semua keinginannya hanyalah untuk memuaskan hawa nafsu dan tabiatnya yang tidak berharga”.
Kemudian ia menceritakan kisahnya, sebagai berikut,
“Sejak masa kecil, aku selalu bermimpi ingin menjadi perawat yang baik. Bekerja untuk meringankan beban penderitaan pada anak-anak kecil yang sakit. Seiring dengan berjalannya waktu, aku mencapai dewasa.
Mulailah aku merawat kecantikan wajah dan postur tubuhku yang bagus. Semua teman-temanku memberikan dorongan –termasuk keluargaku- agar meninggalkan impian masa kecilku, dan memanfaatkan kecantikan wajahku dalam pekerjaan yang dapat mendatangkan keuntungan materi yang banyak, ketenaran dan gemerlapnya dunia, serta impian apa saja yang menyenangkan, bahkan sekalipun hal-hal yang mustahil diraih.
Jalan untuk menuju itu terasa mudah. Atau memang seperti itulah yang nampak bagiku. Sehingga dengan cepat aku menjadi orang yang terkenal.
Berbagai macam hadiah yang mahal dan belum pernah aku membayangkannya berdatangan silih berganti membanjiri tempatku.
Akan tetapi semua itu harus aku bayar dengan harga yang sangat mahal…..
Untuk mendapatkan itu, aku harus bisa melepaskan diri dari fitrafku sebagai manusia. Syarat kesuksesan dan keberhasilanku itu, harus menghilangkan rasa malu yang selama ini melekat dalam diriku. Menghilangkan kecerdasanku, aku enggan belajar apapun kecuali gerakan-gerakan tubuhku dan alunan musik. Selain itu, aku juga harus mengharamkan bagi diriku segala makanan lezat , mengkosumsi berbagai multivitamin kimiawi. Obat penambah tenaga dan obat penumbuh semangat. Sebelum itu semua, aku harus menghilangkan naluriku sebagai manusia.
Aku tidak memiliki benci…., tidak memiliki rasa …, tidak memiliki rasa untuk menolak segala sesuatu.
Sungguh! Rumah-rumah model busana itu telah menjadikan diriku seperti patung yang bergerak. Tujuannya hanyalah menyia-nyiakan hati dan akal. Aku dididik menjadi manusia yang dingin, keras, angkuh, hatiku kering. Diriku hanyalah seakan kerangka (badan) yang mengenakan pakaian. Aku menjadi benda mati yang bergerak: tersenyum namun tidak merasa.
Fenomena itu bukan aku saja yang mengalami, bahkan setiap kali seorang peragawati sukses dalam melepaskan dirinya dari sifat kemanusiaannya, nilainya akan bertambah dalam dunia yang dingin, angkuh dan sombong itu. Jika mereka tidak mengikuti pelajaran-pelajaran dalam busana model itu, dirinya pasti dihadapkan dengan berbagai bentuk siksaan jiwa, dan juga jasmani…!
Aku telah berkeliling ke seluruh penjuru dunia sebagai peragawati. Rancangan model busana terbaru dengan semua apa yang ada di dalamnya: tabarruj (berhias ala jahiliyah, mempertontonkan aurat dan sejenisnya), dan tipuan, mengikuti kehendak-kehendak setan serta menampakkan hal-hal yang menarik dalam diri wanita tanpa rasa gelisah atau malu.”
Febian melanjutkan ceritanya, dan berkata,
“Selama itu, aku tidak pernah merasakan keindahan model pakaian yang terbalut di atas badanku yang kosong, -kecuali udara dan kerasnya hati-. Pada saat itu aku merasakan pandangan mereka yang merendahkan terhadap diriku sebagai manusia. Mereka hanya menghargai terhadap apa yang aku kenakan dan gerakan tubuhku. Setiap aku bergerak dan berlenggok, mereka selalu berkata,“Seandainya.” Setelah masuk Islam, aku baru tahu bahwa kalimat ‘seandainya’ hanyalah membuka pintu perbuatan setan. Sungguh, hal itu adalah benar, karena kami telah hidup di alam kehinaan dengan segala dimensinya.
Celakalah, bagi orang yang mengalaminya dan berusaha cukup dengan pekerjaannya saja”.
Mengenai perubahan Febian yang drastis, dari kehidupan berfoya-foya dan sia-sia menuju kehidupan yang lain (berkah), dia berkata,
“Saat itu, kami sedang dalam perjalanan di Beirut yang hancur. Di tengah kehidupan yang carut marut itu, aku melihat banyak orang sedang membangun hotel-hotel berbintang dan rumah-rumah yang megah. Kemudian aku melihat sebuah rumah sakit anak-anak di Beirut. Aku tidak sendirian, ada beberapa teman wanitaku dari patung-patung manusia. Mereka cukup melihat tanpa ada rasa peduli, seperti kebiasaanya.
Tetapi dalam masalah ini, aku tidak bisa sama dengan mereka.
Sungguh- melihat kenyataan itu, pada deti itu pula, terasa hilang kepopuleran, kemuliaan dan kehidupanku yang palsu. Lalu aku menuju anak-anak kecil yang sakit, berusaha menyelamatkan mereka yang masih hidup. Aku tidak kembali kepada teman-temanku di hotel, padahal disana kamera sedang menantiku.
Setelah hari itu, mulailah perjalananku dengan membawa misi kemanusiaan, hingga aku menemukan jalan menuju cahaya hidayah, yaitu Islam. Aku tinggalkan kota Beirut, lalu aku pergi ke Pakistan. Saat di perbatasan Afghanistan, sungguh aku merasakan hidup yang sebenarnya, aku belajar bagaimana menjadi manusia.
Selama delapan bulan aku di sana, membantu keluarga yang kesusahan karena . Aku merasa hidup bahagia bersama mereka. Mereka memperlakukan aku dengan baik. Sejak aku memeluk Islam, kebahagiaanku semakin bertambah. Aku rela ia sebagai agama dan undang-undang dan sistem kehidupanku. Dan, aku juga rela hidup bersama keluarga wanita Afghanistan dan Pakistan, dan cara mereka yang religius dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Kemudian aku mulai belajar bahasa Arab, yaitu bahasa Alquran. Dalam hal ini, aku telah berhasil mendapatkan kemajuan yang berarti, padahal dahulu aku adalah seorang peragawati.
Dengan ilmu itu, kehidupanku sejalan dengan landasan-landasan Islam dan kerohaniannya”.
Kemudian, Febian menuturkan respon negatif dari rumah-rumah busana model dunia itu, setelah ia mendapatkan hidayah. Mereka berusaha dengan berbagai upaya menghalanginya dengan tekanan-tekanan materi secara intensif.
Mereka mengirim barang-barang berharga yang berlipat ganda melebihi dari gajinya setiap bulan, bahkan hingga tiga kali lipat. Mereka selalu mengirimkan berbagai macam hadiah yang mahal kepadanya, agar dia kembali kepada kehidupan semula dan keluar dari Islam.
Namun dia selalu menolaknya.
Dia melanjutkan dengan ceritanya,
“Akhirnya mereka berhenti membujukku. Tetapi mereka terus berusaha untuk membuat jelek diriku didepan keluarga wanita Afghanistan. Mereka melakukan itu dengan menyebarkan sampul-sampul majalah yang bergambar diriku saat pekerjaanku masih menjadi peragawati. Mereka menggantungkannya di jalanan, seakan-akan mereka merasa tersiksa dengan taubatku. Itu mereka lakukan agar terjadi fitnah antara aku dan keluargaku yang baru, tetapi keinginan mereka itu sia-sia,Alhamdulillah.”
Febian memandang tangannya dan berkata,
“Aku tidak pernah menyangka, tanganku yang selama ini selalu ku jaga kehalusannya, aku gunakan untuk pekerjaan yang sulit ini di tengah-tengah gunung. Tetapi kesulitan ini menmbah kesucian tanganku, dan insya Allah akan ada balasan yang baik disisi Allah subhanahu wata’alaInsya Allah.”
Read more

Dengan Siapa Kamu Duduk...

Read more

Kisah Taubat Kaum Nabi Musa

Dan (kenangkanlah) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan sebab kamu menyembah patung anak lembu itu, maka bertaubatlah kamu kepada Allah yang menjadikan kamu iaitu bunuhlah diri kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu di sisi Allah yang menjadikan kamu, supaya Allah menerima taubat kamu itu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani. (Baqarah:54).
Untuk memudahkan mereka membunuh diri, Allah telah menggelapkan suasana dan mereka saling bunuh-membunuh antara satu sama lain. Maka menangislah Nabi Musa mengenangkan nasib kaummnya sehingga Allah s.w.t. akhirnya mengampunkan dosa mereka lalu mengeluarkan cahaya dan mereka dihidupkan semula. Dikatakan mereka hidup sehingga dua atau tiga generasi dan rupa mereka adalah seperti mayat.
Syariat pada zaman Nabi Musa mewajibkan mereka yang syirik kepada Allah membunuh diri untuk bertaubat . Ini kerana umat terdahulu lebih degil, maka lebih keraslah hukuman ke atas mereka. Syariat mereka juga lebih berat berbanding syariat umat Muhammad yang hanya perlu mengucapkan istigfar untuk bertaubat. Selain itu umat terdahulu perlu memotong pakaian yang terkena najis, umat Muhammad pula hanya perlu membasuh kain mereka untuk menghilangkan najis.
Di Padang Mahsyar, golongan Yahudi membantah mengapa Allah memberikan mereka syariat yang berat dan Umat Muhammad diberi syariat yang mudah. Allah menjawab bahawa mereka juga telah diberikan balasan untuk apa yang dilakukan. Allah boleh memberi lebih balasan kepada Umat Muhammad kerana semua manusia adalah milik Allah, terpulang kepada Allah s.w.t. untuk memberi pahala yang lebih, balasan syurga atau neraka. Ini dicertakan dalam hadith dibawah:

Dari Abdullah bin Umar r.a (katanya) Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya ajal (umur) kamu (umat Islam) banding dengan umat-umat yang telah lepas, adalah (sama) dengan waktu di antara solah Asar hingga jatuh matahari, dan bandingan di antara kamu dengan Yahudi, Nasrani adalah seperti seorang yang mengupah seorang melakukan kerja,
Kata (pemberi upah) siapa yang sanggup buat kerja untuk saya (dari pagi sampai tengah hari dengan upah) satu qirat? Maka kaum Yahudi melakukan (kerja tersebut) sempai ke tengah hari dengan upah satu qirat,
Kemudian (pemberi upah tersebut) bertanya lagi, siapakah yang sanggup kerja untuk saya dari tengah hari sehingga waktu solah Asar, dengan upahan satu qirat? Maka kaum Nasrani melakukan kerja itu, dari tengah hari sampai waktu solah Asar dengan mendapat upah satu qirat,
Kemudian (pemberi upah tersebut) bertanya lagi, siapakah yang sanggup kerja untuk saya dari waktu solah Asar hingga Maghrib, dengan upah dua qirat? Ketahuilah bahawa kamulah mereka yang melakukan kerja dari waktu solah Asar hingga Maghrib, Ketahuilah bahawa bagi kamu dua kali ganda pahala,
Maka kaum Yahudi dan Nasrani menjadi marah (di hari kiamat), mereka berkata, kami buat kerja lebih (kerana masa panjang) dan upah pula sedikit, lalu ALLAH S.W.T (bertanya mereka) “Adakah Aku telah menzalimi kamu dari hak kamu”, mereka menjawab “tidak“, ALLAH S.W.T berfirman, “itu kelebihan Ku (upah lebih) yang Aku kurniakan kepada siapa yang Aku mahu” (iaitu kepada umat Muhammad saw)
Read more

PERTANYAAN MENGENAI JAMAH TABLIGH


Pertanyaan Umum mengenai Jemaah Tabligh
* Apa maksud dan tujuan dari kerja dakwah ini ?
Allah berfirman :
“…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (13 : 11)
Allah Ta’ala baru mau membantu suatu kaum untuk berubah dari keadaan buruk menjadi keadaan baik setelah kaum itu mau berusaha untuk merubah kehidupannya sendiri. Allah akan mendatangkan perbaikan pada suatu kaum jika kaum itu mau buat usaha perbaikan. Apa yang harus diperbaiki pertama kali yaitu kondisi agamanya, karena baik atau buruknya manusia tergantung pada kondisi agama yang ada diri mereka. Sedangkan Agama ini adalah solusi yang Allah berikan untuk menyelesaikan seluruh masalah manusia sampai hari kiamat.
Maksud dan tujuan dari kerja dakwah ini banyak sekali. Tetapi yang terpenting ada 3 diantaranya adalah :
1. Bagaimana Ummat dapat wujud dalam dirinya agama secara sempurna melalui tahapan
2. Bagaimana Ummat ini dapat melanjutkan Kerja Dakwah Nabi SAW
3. Bagaimana Ummat dapat mencapai taraf pengorbanan para sahabat
Namun untuk dapat mewujudkan ini diperlukan 4 Amalan :  M
1. Dakwah Illallah
2. Taklim Wa Taklum
3. Dzikir Ibadah
4. Khidmat
Caranya mengamalkannya yaitu dengan melakukan 2 amalan :
1. Khuruj Fissabillillah
2. 5 Amal Maqomi
Hasil dari Khuruj Fissabillillah dan Amal Maqomi ini adalah :
1. Islah ( Perbaikan Diri ) à Tazkiyatun : Iman, Nafs, Amal
2. Syukbah ( Persahabatan ) : Ukhwah Islamiyah
3. Biyah ( Suasana Amal ) : Keberkahan dan Pertolongan Allah
Didalam Al Qur’an Allah berfirman :
“ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan mecegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”
(3 :111)
Disini Allah bilang kita sebagai Choiru Ummat atau Umat terbaik tentu ada sebabnya. Ini dikarenakan kita diamanahkan untuk memikul suatu kerja yang tidak diamanahkan kepada umat sebelumnya yaitu kerja kenabian atau kerja dakwah. Dakwah ini adalah identitas umat Nabi SAW sebagai pelanjut risalat kenabian. Jika kita tidak melakukan tugas ini maka ini seperti polisi yang berpakaian polisi tetapi tidak mau mengerjakan tugasnya, hanya mau duduk-duduk saja diwarung, pasti dia akan dimarahi atasannya. Baju Jika kita tidak melakukan tugas yang menjadi identitas kita sebagai umat Nabi SAW maka kita akan dimurkai Allah Ta’ala.
Dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah R.ha berkata mendengar Nabi SAW bersabda :
“ Hai Manusia, Allah SWT berfirman kepada kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia untuk berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang kepada kalian (akibatnya) dimana kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan menerima do’a kalian, kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi permintaan kalian, kalian memohon pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan menolong kalian.” (At Targhib)
Dari Abu Said Al Khudri, Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak mampu cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam hatinya dan ini adalah selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)
Oleh karena itu penting ada diantara kita yang siap melakukan inisiatif untuk mengajak manusia kearah perbaikan seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Walaupun itu hanya segolongan orang yang memulainya demi tegaknya agama dan perbaikan atas ummat.
Allah berfirman :
“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan ummat (jemaah) yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang Ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (3:104)
Disini bahkan Allah bilang bagi orang yang mau menyeru manusia kepada kebaikan ini sebagai orang-orang yang beruntung. Dan hanya orang-orang yang mencintai Allah, Rasul, dan Agamanya Allah saja yang mampu berfikir ke arah tersebut dan mau membuat usaha perbaikan atas Ummat. Tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Allah yaitu terlihat dari keinginan dia mengikuti orang yang paling Allah cintai agar dia bisa mendapatkan cinta dari Allah kepadanya.
* Apa dalilnya mengenai 3 hari, 40 hari, dan 4 bulan ? kalau tidak ada apakah ini bid’ah ?
Allah Ta’ala berfirman :
“Innamal mu’minunalladzina amanu billahi warrosulih tsumma lam yatahu fajahadu bi amwalihim wa anfusihim fi sabillillahi ulaaika hummus shodiqun…”
artinya : Orang yang beriman itu adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya tanpa ragu-ragu dan mereka berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Mereka Itulah orang-orang yang Imannya benar.”
Konsep keluar di jalan Allah ini adalah suatu jalan atau latihan untuk membuktikan diri kita dihadapan Allah, bahwa kita mau belajar mengikut-ikuti pengorbanan para Nabi dan Sahabat. Walaupun kita belum bisa dibilang menghadapi perjuangan yang sesungguhnya seperti Nabi dan Sahabat, tetapi dengan mengikuti napak tilas mereka, mudah-mudahan Allah tempatkan di kita pada golongan yang sama yaitu golongan orang-orang yang telah mengorbankan dirinya di jalan Allah.
Hadits Nabi SAW mahfum :
“Barangsiapa yang mengikut-ikuti suatu kaum ketika dia mati maka dia akan dibangkitkan bersama kaum yang di ikutinya.”
Allah berfirman :
“ Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” ( 9 : 100 )
Inilah harapan kita jika kita berniat mengikuti napak tilas Nabi SAW dan para sahabat, mudah-mudahan dengan meniru-niru hidup mereka Allah bangkitkan kita bersama Nabi SAW dan para Sahabat. Jika kita meniru-niru kehidupan musuh-musuh Allah atau idola-idola orang-orang yang jauh dari agama maka Allah akan bangkitkan kita bersama mereka.
Jadi waktu 3 hari / 40 hari / 4 bulan ini kita harus lihat hanya sebagai pagar atau batasan waktu agar lebih mudah bagi kita mengamalkannya atau mengikutinya. Seperti untuk lulus SD dibutuhkan waktu untuk tamat selama 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, atau di pesantren lulus 8 tahun. Jadi itu hanya sarana saja, agar orang mempunyai target dari batasan waktu tersebut.
Namun walaupun begitu secara ilmu yang menerangkan suatu nash atau hukum tidak ada satu ayatpun atau hadits yang menerangkan tentang tertib 3 hari, 40 hari, 4 bulan, untuk keluar di jalan Allah. Ini karena tertib ini bukanlah suatu kewajiban atau keharusan yang bisa menyebabkan seseorang menjadi kafir jika tidak ikut tertib ini. Jadi tertib ini tujuannya bukan untuk menyusahkan orang lain yang ikut maupun yang tidak. Jadi tidak ada aturan atau maksud yang seperti itu. Tertib ini bukan untuk mengkafirkan orang atau menilai orang, tetapi tertib ini hanya untuk memudahkan orang dalam melakukan kerja dakwah. Dan Tertib dalam kerja dakwah ini adalah hasil ijtihad ulama yang diambil dari :
Mahfum Hadits, Nabi SAW bersabda :
“wahai sahabat-sahabatku jika Allah beri 10 perintah kepada kalian, lalu kalian melanggar 1 perintahnya, maka ini sudah bisa menjadi asbab kalian masuk ke dalam Neraka Allah. Namun nanti ada umatku sesudah kalian, Allah beri mereka 10 perintah namun 1 perintah saja mereka laksanakan sudah dapat menjadi asbab mereka masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.”
(Al Hadits)
Sahabat ini dari 10 perintah Allah, satu saja mereka langgar maka sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam neraka. Namun, umat sesudah sahabat di akhir zaman ini kata Nabi SAW dalam mahfum hadits ini, satu perintah saja yang mereka laksanakan dari 10 perintah yang Allah kasih, sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam SurgaNya Allah Ta’ala. Atas dasar ini, yang di dapat dari hadits tersebut adalah 1 perintah dari 10 perintah berarti 1/10 nya ( 10 Persen waktu kita sedekahkan ). Bilangan ini digunakan sebagai tertib waktu untuk mempermudah kita mengamalkan agama secara sempurna melalui tahapan-tahapan. Tertib ini merupakan hasil dari Ijtihad para Ulama, sebagai cara atau methode untuk mempermudah manusia dalam beramal dan menjalankan usaha nubuwah atau usaha atas Iman. Atas perkara inilah Ulama membuat tertib atau tahapan untuk mempermudah manusia dalam mewujudkan kesempurnaan agama dalam diri mereka dan diri umat seluruh alam.
Syekh Ibnu Atha’illah Rah.A berkata :
“Jika Allah cinta dengan seorang hamba maka Allah akan sibukkan dia setiap waktu dalam amal-amal Agama. Seluruh waktunya sibuk dengan perkara yang Allah cintai yaitu amal-amal Agama.”
Tahapan itu adalah :
1. Minimal memberikan 1/10 waktunya untuk agama : 2.5 jam tiap hari, 3 hari tiap bulan, 40 hari tiap tahun, minimal 4 bulan seumur hidup. (Tertib Minimum ) : Ijtihad Ulama
2. Memberikan 1/ 3 hidupnya untuk agama : 8 jam tiap hari, 10 hari tiap bulan, 4 bulan tiap tahun. (Tertib Umar RA, Standard para Sahabat)
Umar RA pernah menanyakan pada istri-istri prajurit islam tentang batas kesiapan mereka untuk ditinggal pergi oleh suaminya ketika fissabillillah. Mereka menjawab yaitu 4 bulan. Sehingga Shift prajurit yang berperang diputar setiap 4 bulan. Ijtihad lain yang digunakan untuk massa keluar 4 bulan di jalan Allah ini adalah masa ditiupkannya ruh ke dalam badan. Di dalam Al Qur’an Allah jadikan dari darah menjadi segumpal daging dalam waktu 40 hari. Ketika berumur 4 bulan daging tersebut di tiupkan Ruh oleh Allah Ta’ala. Maka bayi yang gugur sebelum 4 bulan ini tidak perlu di sholatkan, lain dengan yang sudah 4 bulan dan sudah bernyawa, ini wajib hukumnya disholatkan. Inilah yang menjadi harapan para ulama dalam ijtihadnya mudah-mudahan dalam waktu 4 bulan di jalan Allah ini iman kita mempunyai ruh seperti ruh yang ditiupkan ke badan manusia. Badan tanpa ruh ini seperti mayat tidak ada manfaat, badan ini kan mendatangkan manfaat jika hidup atau mempunyai ruh.
3. Memberikan seluruh waktunya untuk Agama. (Tertib Abu Bakar R.A)
Dalam suatu riwayat ketika semua orang menyumbangkan harta untuk agama Utsman RA memberikan 1/3 hartanya untuk agama, Umar menyumbangkan 1/2 untuk agama, sedangkan Abu Bakar RA menyumbangkan seluruh harta dan waktunya untuk agama.
Inilah tertib waktu yang merupakan hasil daripada ijtihad para ulama agar ummat ini dapat melakukan perbaikan qualitas hidup dan agar kehidupan mereka tidak terlalu tertinggal dengan kehidupan sahabat. Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya terhadap kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat :
1. Usaha Atas Ilmu : Mendirikan Madrasah
Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak effektif. Seperti ketika beliau membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota. Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini menunjukkan kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat. Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada sehingga terjadi kemerosotan Iman.
2. Usaha atas Dzikir Ibadah : Menghidupkan Amalan Tarekat
Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah murid-murid tarekat ini mempunyai kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.
3. Usaha atas Kerja Dakwah : Melanjutkan Risalat Kenabian
Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak ini, sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham, kepada beliau untuk memulai kembali usaha nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat melanjutkan risalah kenabian.
Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar dapat membuat dan membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal agama di dalam rumahnya, lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal maqomi dan amal intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan, khuruj fissabillillah.
Menurut ulama Bid’ah ini ada 2 :
1. Bid’ah Dholalah : amal yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW, tetapi mendatangkan banyak Mudharat dibanding manfaat
Contoh : Puasa 40 hari berturut-turut ( Pati Geni ), Jimat, Sesajen, Kejawen, tebusan dosa dengan uang, dll.
2. Bid’ah Hasanah : amal yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW, tetapi mendatangkan banyak Manfaat
Contoh : Dijaman Nabi SAW tidak ada pesantren, Terawih berjamaah, dll.
Jadi dalam melihat perkara Bid’ah ini perlu kita banyak konsultasi dan bertemu dengan banyak ulama agar wawasan dan pengetahuan kita bertambah sehingga kita bisa membuat keputusan yang tepat. Seperti pesantren di jaman Nabi tidak ada, tetapi apakah pesantren itu harus dilarang. Coba kita lihat manfaatnya daripada pesantren hari ini ? tentu jawabannya adalah sangat banyak terutama bagi ummat. Nabi SAW hanya melaksanakan haji hanya sekali, tetapi banyak sahabat dan ulama tabi’in naik haji lebih dari sekali, Apakah itu Bid’ah ? Bagaimana dengan mobil, pesawat, apakah itu juga harus dilarang walaupun itu tidak pernah dilakukan Nabi SAW. Hari ini banyak sekali gerakan islam yang ada dalam masyrakat dan ummat di pelosok dunia. Tetapi bagaimana kita mengetahui bahwa gerakan ini adalah yang benar untuk di ikuti. Selama dalam gerakan tersebut masih mengikuti 3 landasan hukum agama :
1. Al Qur’an
2. Hadits dan Sunnah Nabi SAW
3. Ijtihad, Ijma, dan Qiyas Ulama : yang berdasarkan kehidupan sahabat, dan tabi’in-tabi’in
Maka gerakan tersebut masih dalam batas kepatutan, dan perlu di dukung. Sedangkan bagi yang mengikutinya maka kita akan tahu bahwa gerakan ini mendatangkan manfaat jika :
1. Yakinnya menjadi terperbaiki
2. Taqwa dan Amalnya meningkat
3. Akhlaqnya menjadi tambah baik
4. Ilmunya bertambah
5. Pengorbanannya untuk agama bertambah
Tetapi yang pasti bahwa dakwah ini adalah jalan Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya :
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (manusia) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)
Allah telah perintahkan kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya kepada manusia agar mereka mengikutinya. Apa itu jalan hidup Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya yaitu mengajak orang untuk taat kepada Allah dan semua Perintah-perintahNya. Inilah yang namanya Dakwah yaitu mengajak orang kepada Allah saja dan untuk taat kepada perintah-perintahNya. Inilah maksud dikirimkan rombongan-rombongan dakwah ke seluruh pelosok dunia. Jadi jalan dakwah ini adalah jalan hidup kenabian dan salah satu sunnah Nabi SAW. Hanya dengan mengikuti jalan yang orang kita cintai baru cinta kita ini dapat dibenarkan. Bagaimana kita bisa mengaku cinta sementara kita tidak mau mengikuti orang yang kita cintai.
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : Jika kamu mencintai Allah , ikutilah Aku, niscaya Allah akan mengasihimu, dan mengampuni dosa-dosamu..” (3:31)
Inilah yang Allah minta kepada orang yang mengaku cinta kepada Allah yaitu dengan mengikuti jalan orang yang paling dicintaiNya yaitu Nabi SAW. Hanya dengan cara Nabi SAW kita akan mendapatkan cinta Allah SWT, ini karena Allah telah mewariskan kepada Nabi Sunnanul Huda atau Jalan-jalan Hidayah (Petunjuk). Jika kita berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya tersesatlah kita.
Dalam Hadits Mahfum Nabi SAW bersabda :
“Barang siapa yang mengamalkan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku maka dia akan di surga bersamaku.” (Al Hadits)
“Semua orang dari ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya, “Siapakah yang menolak ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka yang menolak Sunnahku.” (Al Hadits)
* Bagaimana dengan tanggung jawab terhadap anak istri ?
Allah berfirman :
“Katakanlah : Jika Bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak akan memberi petunujuk kepada orang-orang yang fasik.” (9 : 24)
Inilah definisi dunia menurut ulama, dan jangan sampai keduniaan kita menghalangi kita dari berjuang di jalan Allah. Namun walaupun begitu seseorang yang akan pergi di jalan Allah ini hendaklah kepergiannya ini harus di dasari atas Musyawarah dari Mesjid Jami Kebon Jeruk yang merupakan tempat yang bertanggung jawab dalam mengkoordinir jemaah gerak di seluruh Indonesia. Sebelum keberangkatan maka orang tersebut akan di tafakkud ( analisa kesiapan ) terlebih dahulu :
1. Bagaimana kesiapan keluarga yang ditinggalkan ?
2. Bagaimana bekal yang ditinggalkan untuk keluarga ?
3. Bagaimana dengan pekerjaan atau toko yang ditinggalkan ?
4. Bagaimana dengan masalah-masalah yang akan di tinggalkan ?
Intinya bagaimana perginya seseorang di jalan Allah ini harus di iringi dengan bekal yang cukup dan persiapan yang benar. Jangan kita pergi dengan kesan yang tidak baik yaitu meninggalkan anak istri yang pada akhirnya kepergian kita justru menterlantarkan mereka. Inilah pentingnya kesiapan keluarga yang akan ditinggal dari segi pemahaman, amalan, dan kecukupan bekal. Maka atas perkara ini perlu kita mempersiapkan kesiapan keluarga kita untuk ditinggal. Permasalahannya hari ini banyak yang tidak mengerti manfaat dari seorang ayah dan suami yang meninggalkan keluarganya di jalan Allah.
Manfaat Pelajaran Keimanan bagi Keluarga yang ditinggalkan :
Seorang istri dan anak-anaknya hari ini mempunyai kecenderungan sangat bergantung kepada suami dan ayahnya sebagai kepala keluarganya. Sedangkan dalam masalah tauhid, bergantung kepada selain Allah ini adalah haram hukumnya. Apa jadinya jika anak istri kita mati membawa keyakinan yang salah yaitu bergantung bukan kepada Allah tetapi kepada mahluk atau selain Allah yaitu suami atau ayah dari anak-anaknya.
Logikanya :
Bila seorang suami atau seorang ayah pergi di jalan Allah maka insya allah ini akan menjadi sarana tarbiyat atau pendidikan keimanan bagi keluarga. Dengan ditinggalnya istri dan anak di jalan Allah, ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk melatih diri mereka menyelesaikan masalah dengan amal-amal agama selama ditinggal sang suami atau sang ayah. Mereka akan belajar membenarkan gantungan dari kepada mahluk atau ayah atau suami mereka menjadi bergantung hanya kepada Allah. Inilah yang harus di persiapkan seorang suami dan seorang ayah sebelum meninggalkan keluarga mereka. Jadi pergi di jalan Allah ini bukan hanya sarana perbaikan iman bagi orang yang pergi di jalan Allah, tetapi juga sarana tarbiyat keimanan untuk keluarga. Sehingga kitapun yang mempunyai kecenderungan pemikiran, “kalau ada saya maka akan beres”, ini bisa dihilangkan. Padahal pemikiran “kalau ada saya maka akan beres” dalam ilmu tauhid ini merupakan syirik. Untuk bisa menghilangkan ini perlu seorang suami atau ayah ini pergi di jalan Allah belajar menemukan yang namanya hakekat Tawakkal, berserah diri kepada Allah. Dan lagi semua pahala dari amalan yang dilakukan suaminya atau ayahnya ketika keluar di jalan Allah akan mengalir kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kesalah Fahaman I :
Hari ini banyak orang mempertanyakan tentang kebutuhan bathiyah seorang istri. Padahal maksud dari kebutuhan bathiniyah ini adalah kebutuhan akan bekal agama bukan kebutuhan seksual. Sekarang mana yang lebih penting kebutuhan seksual untuk istri dan perhatian materi seorang ayah atau kebutuhan agama untuk keluarga. Tentu jawabnya nafkah bathiniyah lebih penting yaitu bekal agama buat keluarga. Seorang suami dan ayah ini akan dimintai pertanggung jawaban mengenai bekal agama bagi keluarganya oleh Allah Ta’ala sebagai pemimpin keluarga dan ini merupakan salah satu solusi untuk mempersiapkan bekal kehidupan bagi keluarga kita.  
Read more
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

BeloG ceRAmah BebaS Design by Insight © 2009